RUANG TAK BERBATAS

rasa dan kata berbaur tak berbatas dalam catatan putih. terbaca hanya dengan mata hati. lihatlah lebih jeli.

Selalu

Memangnya aku siapa. Aku selalu menggerutu tentang kamu yang begini dan begitu. Aku tau kita tak mungkin selalu tampil sempurna. Kita manusia, kita menyelami dosa-dosa. Tapi dimataku, kamu harus lakukan yang aku mau. Kamu harus menjadi sosok yang aku minta. Kamu harus selalu ada buatku.

Selalu ada.

Aku cuma minta kamu ada untukku, setidaknya kamu melihatku walau dalam tidurmu. Seperti yang sudah-sudah, kamu selalu menjaga aku. Makanya aku jadi manja dan menuntut. Kamu harus terus begitu. jangan melihatku ketika aku hanya benar-benar sedang butuh. Ketika aku sejenak lupa, kamu harus ada. Di sisi aku, kanan atau kiri, dimanapun. Yang penting ada pada aku.

Selalu ada.

Ketika aku mulai cemburu, pada setiap hal yang kucari-cari sendiri alasannya. Padahal kamu tahu aku cuma cari gara-gara. Tetaplah seperti itu. Berpura-puralah seolah kamu selingkuh, atau kamu akan selingkuh dan meninggalkanku. Ada peran untukmu disitu, kamu si tukang selingkuh dan aku hanya korban kesekian. Kita bersandiwara. Seperti setiap orang yang berbohong karena menjaga perasaannya. Padahal bohong adalah bohong. Sayangnya, kamu tidak berbakat berpura-pura berpaling. Setidaknya kamu tertawa dengar tuduhanku. Itu artinya kamu ada.

Selalu ada.

Walau aku sudah tidak mujur untuk membuatmu senang. Datar dan membosankan. Sudah seharusnya kamu tidak kemana-mana, dan menunggu waktu untuk berterimakasih, karena ternyata kamu tidak pernah sebosan itu. Kamu ketergantungan. Tergantung mauku, tindakku, langkahku, tergantung siapa aku dimatamu. Kamu tak akan pernah jauh. Aku tak akan pernah acuh tak acuh. Memangnya kamu siapa. Aku sudah menyerah mencari. Karena aku yakin kini, aku adalah penggemar beratmu. Aku terinspirasi sejak dulu. Sebagaimanapun kamu berbuat baik padaku, terkadang aku akan terus-terusan menyusupkan marah dan benci. Karena kamu idolaku yang terlalu sempurna, kamu selalu ada.. mengajarkan aku..

Selalu setia.

paradise island, 8,5th.

Segumpal Daging

Kuremas kuperas

Kubuang merahnya

Kutiup ku tiup 

Beku berbentuk 

Terketuk,

Suaranya mendengung keras

Banyak maunya

Keluar aslinya

Merahnya melewati nadiku

Jangan hingga bocor

Apalagi kotor 

Hati-hati menjaga hati

Hati hanya minta

Sederhana dengan caranya.

 

Kotak Pesan

Cahaya berpendar di ujung lorong Sang Penakluk Waktu. Suara tapak kaki melangkah bersahaja. Gadis mengernyitkan dahi, nafasnya pun pasrah merekah.
Apa itu yang akan datang?
Gemerincing ikatan perak di tangan terhenti seketika, alunan pertanyaan sunyi seiring derai jawaban yang hadir di depan mata. Derap langkah di hadapannya tidak lain adalah sekotak kebahagiaan, luka, harapan, perhentian, kebimbangan dan kesiapan. Ia memberi kuasa pada hatinya untuk maju. kedua kakinya gemetar tergerak. Tangan mungilnya terulur, meraih kotak segi empat berhiaskan masa depan.
tak perlu lama, di bukanya dengan perlahan dan pengharapan.
Menyala fuchsia dari dasarnya, sungguh indah dipandang mata. kotak itu terbuka dengan buah kesabaran. Bertahtakan mutiara keikhlasan untuk kisah-kisah yang telah ada.
Ah, Gadis begitu lega…
Isinya tidak melompong, ada secarik kertas jingga di dalamnya menerawang bertuliskan tinta keperakan dan huruf demi huruf nan anggun. Gadis tidak enak hati, mati penasaran. hidupnya selama ini penuh pesan tak pasti, Ia hanya takut tak bisa menuntaskan teka-teki kali ini. namun bayangan akan  kepuasan mendapatkan jawaban nanti mengalahkan ketakutan dalam diam yang sungguh menyakitkan. Tak mau ia ulangi.
Dirogohnya kotak itu. wangi chamomile menempel di jempol dan telunjuknya, ia berharap melekat abadi. Dibukanya lipatan segaris dengan picingan mata oval nan bening. Harap cemas, semoga pesan kali ini adalah apa yang memang ia yakini. Perlahan ujung matanya menangkap kata demi kata yang tertulis rapi dan terencana. Seperti sebuah jawaban, tidak memusingkan. Karena memang ia tahu, waktunya sudah tiba.
Dibacanya kembali dengan vokal redup dan syahdu, dua kali setelah dengan kata hati. ia biarkan semesta tahu, bahwa kotak pesan datang pada waktu yang memang dipersiapkan.
Jangan menunggu, jangan ragu. Tidaklah Yang Maha Kuasa mempersulit Hamba-Nya dengan segala urusan yang tidak sesuai dengan kemampuannya. Gadis mengerti apa yang selama ini ia jalani adalah proses, memerlukan pembuktian menaklukkan waktu. Karena ia dan pengirim pesan ingin membuat segalanya menjadi lebih indah. Apalah arti menunggu jika tidak untuk kebahagiaan hakiki, bahwa ketetapan-Nya harus ditemani oleh rencana dan ikhtiar sebagai manusia yang berharga. Manusia yang bertanggung jawab atas kemauannya, yang mengerti arti penghidupan yang layak, hubungan yang sehat, penyatuan yang abadi, bahwa cintanya kepada satu sama lain adalah berdasarkan cinta karena-Nya.
Gadis ingin menangis. Sesegera mungkin, namun ia kembali besabar. Karena tangisan bahagia hanya akan terlihat nyata di pundak Sang Pujangga, yang membuatnya kembali mengingat isi pesan bertinta perak;
“Dia berdiri disana, tegap dan siap. Masihkah kau memintanya menunggu?”
Terkesiap ramah, “Tidak.” Gadis bergumam.

Tentang Masa

malam itu redup, ada kenangan kecil di bibir pantai yang riaknya ringan diterangi syahdu sinar bulan sepotong semangka.. angin seperti melantun,  dinginnya menusuk tak membuatku bergidik ngeri, tapi haru. ada awan berbentuk acak, dan bintang-bintang  menari kecil. lukisan alam sempurna berbayang dalam dua cangkir kopi susu.. obrolan pun dimulai dari bibir penuh tanya mengalir di dera angin malam kala itu..

—————–

‘kamu senang dengan masa sekarang?’

‘tentu..’

‘yakin tidak mau berbalik sedikit ke masa lalu.. dan memperbaiki beberapa hal, mungkin?’

‘tidak. aku bahagia dengan masa ini, karena bagiku masa lalu ya masa lalu, tidak ada yang perlu disesali tepatnya, tapi jadi pelajaran masa sekarang untuk lebih baik’

‘kemudian kalau masa yang paling indah di masa lalu, tidak ada yang ingin kamu ulang walau sedetik saja?’

‘ada..’

‘apa?’

‘hari ini. hari ini adalah calon masa lalu, yang sangat ingin aku ulang, berkali-kali bahkan tak mau berhenti. hari dimana aku dan kamu ditatap alam dan saling bertanya’

senyum terkulum. jari terikat genggaman dari dasar hati.

Senggigi, 210912

——————

dan malam itu, bulan sepotong semangka membawa ceritanya, hingga ke ujung samudera, cerita tentang aku dan kamu.

masa lalu, masa sekarang ataupun masa depan hanyalah tentang waktu. waktu dimana aku dan kamu menghargai setiap masa untuk selalu belajar.

ya.

masa-masa dimana tanya dan jawab seringan obrolan, sekuat keinginan, untuk saling memberi dan menerima, apa adanya.

NO ONE

No One,

could push me this hard..  to be a good lover.

No One,

could made this really smooth..  into the great romance.

No One,

could believed me..  like the Sun into the Earth.

No One,

could wrote corrected alphabets of L-O-V-E..  in my heart.

you are the ‘yours’ in my life.

you are the ‘homey’  in my way back.

i’m the truer of true..

that NO ONE could loved me like you do.

i miss you.

Miranda dan Darmadi

dua jalan setapak di tengah kota

memberi cerita yang satu

Jalan Melur, di hiasi Pelangi kecil yang menaungi dua sejoli

tatapan menyayat, degupan jantung menindih cantik

Jalan Kemuning, disinari Matahari sejuk yang penuh mimpi dua sejoli

melewati jalanan raksasa namun sarat akan proklamasi sang pujangga

kosong tujuh kosong tujuh

delapan tahun yang lalu

anak sekolah mencoba mengukir cerita baru

hingga kini.

ini bukan sekedar Opera Sabun

bukan Permainan Benteng pertahanan

bukan juga Ketoprak yang ganti lakon

inilah hati meniti cerita, tentang aku dan kamu yang berbeda dunia

bagaimana menyatukan itu?

Miranda yang licik perebut hati yang merindu

Darmadi yang Otoriter pemaksa hati yang penuh cinta

hanya waktu yang membuktikan, manusia selalu punya sisi yang sama,

dengan belahan jiwa nya.

SELAMAT HARI JADI YA SAYANG

070704-070712

bukan sekedar cerita.

Nafas

pernahkah kau melihat butiran awan

membentuk tengadah kepada-Nya

pernahkah kau menggenggam hembusan angin

yang bersegera sujud kepada-Nya

pernahkah kau merasakan khusyuknya mentari

menyebut lafadz Allah

Ingatkah kau, bahwa  nafas pun tak pernah lupa, ia hanya milik-Nya.

Pintu

membelah cerita demi cerita

di setiap apa dan siapa

mereka membawa kabar

baik pun buruk

mereka datang membawa satu kunci

keemasan

siapkah tangan mungil itu meraihnya

konon,

mereka utusan Negeri nun jauh disana

menitipkan pintu-pintu yang harus dilewati

Negeri penuh mimpi

hanya memberi satu kunci;

percaya.

Kelu

di ujung lidah ini

menggantung umpatan basah

segar dan siap merekah

ujungnya bertindik perak keikhlasan

menggantung tak perih

nyaman

biarkan lolongan mereka panjang

lidah ini merah muda menyulam kata

biarkan tatapan mereka nanar

lidah ini terjerembab menatap syahdu

liuknya adalah kebosanan

tertelan jauh dalam kerendahan

tak bernyawa

gantungan peraknya mengerlip,

terkulum senyum

teruslah berbicara padaku

lidahku tetap kelu bertindik kesabaran.

Kaki-kaki

Kaki siapa

berpijak pada bayangan besar

berpantomim di gelagak tawa

Kaki siapa

memilih mundur di jalan setapak

mencibir pedas di buasnya hutan

Kaki siapa

berhitung di gerakan salsa ketiga

bersiul diam tak terketuk kemudian

bukan kakiku.

Kakiku,

lurus segaris mimpi

kuat sejajar pepohonan

lincah di hembusan angin

jujur didera cerita alam

dengarkan,

Kaki-kaki kecilku bercerita.